Ya ini kata-kata pertama yang saya katakan ketika semua yang saya inginkan adalah satu langkah lagi untuk dicapai, tapi semuanya telah pergi. tidak terasa waktu terus berjalan, hari, jam, menit, detik, dan hanya membuka cermin usang. cermin apa yang saya sebut cermin kehidupan. saya menyadari bahwa hidup saya sudah biasa-biasa saja, dan mulai hari ini saya akan mulai mengatur kembali hidup saya. dengan cara saya dan semua yang ada dalam diri saya.
Menerima apa yang akan terjadi
Akhirnya terjadi baik sebelum peristiwa-peristiwa yang saya harapkan itu, benar-benar terjadi. saya siap berurusan dengan itu, tapi apa yang bisa saya katakan tentang perjuangan ini. tidak siap untuk menerima semuanya.
saya hanya bisa berharap liburan ini bisa saya melupakan semuanya, tidak peduli apa itu sulit, tapi aku punya cerita untuk mengatasinya.
Terlalu banyak keluar malam
Saya dapat mengatakan saya cowok yang sangat pelit dengan kata-kata, saat saya memasuki duduk dibangku SMA.
dulu saya adalah cowok periang, saya dapat mengatakan saya cowok yang pandai mencari teman, teman perempuan atau laki-laki.
sekarang bukan saya yang tahun dulu, banyak teman-teman saya yang menyapa, ada juga yang sampai memukul saya, mungkin dia terlalu kesal karena aku tak pernah peduli tentang mereka.
perubahan drastis dalam karakter saya karena saya terlalu banyak keluar rumah di malam hari, dan hampir setiap malam dan keesokan harinya aku harus pergi kesekolah.
kebiasaan buruk yang kita lakukan tanpa kita sadari akan mempengaruhi cara berpikir kita dan kepribadian kita, tanggalkan kebiasaan buruk yang akan merugikan kita sendiri.
Tentang kekasihku yang telah meninggal
Ariek adalah seorang yang sangat pemalu, tidak banyak kata-kata. tangannya tidak bisa diam, bukan karena dia suka mencuri tapi dia suka memperbaiki sesuatu, atau hanya membenarkan sesuatu yang kurang sempurna, aku sering pusing dibuat dengan ulahnya, tapi perlahan-lahan aku bisa menerimanya.
sejak kepergiannya dari hidup saya, jujur saya menjadi sangat rapuh, karena semua ini hanya ariek tempat aku untuk mengeluh, aku bisa dimanjakan dia, meskipun orang tua aku masih ada, mereka jarang di rumah, jika mereka ada di rumah pasti yang aku lihat hanya keributan tentang pekerjaan di kantor.
hanya bibi yang selalu berbicara kepadaku dan mengingatkanku, harus makan, mandi, berdoa, belajar dan sebagai nya.
usia bibi tidak muda lagi, telah memasuki kepala 6, dia tidak memiliki keluarga lagi, ia mendedikasikan hidupnya untuk keluargaku, dan kami juga menganggap bagaian dari keluarga, bibi benar-benar menyayangiku dia sering membuatkan kue untukku, kue cinta aku menyebut nya, hampir setiap kali saya makan kue yang di buat oleh bibi aku menangis teringat saat-saat bersamanya, Ariek kamu selalu dalam hatiku.