Solo: Indonesia Channel 2012 menyuguhkan budaya tarian dan musik etnik yang digelar di Pamedan Pura Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah. Tarian ini dipentaskan 65 mahasiswa asing dari berbagai negara.
Pertunjukan Don Dadape asal Bali, menjadi pembuka konser Gempita Kidung Katulistiwa yang berlangsung di Pamedan Pura Mangkunegaran, Solo. Selanjutnya pertunjukan yang tak kalah menarik adalah lagu tradisional Jawa Tengah, Lir-lir, dan berlanjut dengan pementasan dari Makasar Ak Sekre.
Adanya pementasan sejumlah penari yang membentuk kereta, lengkap dengan sang penunggang Dewi yang membuat pentas Indonesia Channel kedua ini berbeda dengan tahun lalu.
Para pemain ini, bukanlah seniman-seniman Indonesia, mereka adalah mahasiswa asing yang sedang belajar di Indonesia. Sebelum tampil di event ini, mereka telah berlatih di berbagai sanggar seni di lima kota di Indonesia.
Indonesia Channel punya aturan tersendiri, tarian dan musik hanya dimainkan oleh seniman luar Indonesia, sehingga berbagai keragaman seni Indonesia dapat dikenalkan kepada dunia Internasional melalui para pelajar asing yang belajar di Indonesia.
Grobogan: Ada sebuah ritual unik yang dilaksanakan di Grobogan, Jawa Tengah. Ritual yang melibatkan warga dua desa itu disebut Asrah Bathin yakni mengarak pelaminan di atas rakit menyusuri Sungai Tuntang.
Namun pengantin beserta rombongannya tak hendak melangsungkan upacara pernikahan. Mereka sengaja berpakaian layaknya pengantin untuk melaksanakan ritual Asrah Bathin.
Dalam ritual itu digambarkan kalau pengantin laki-laki yang datang dari Karanglangu menyeberangi sungai untuk meminang gadis asal Ngombak. Usai menyeberangi sungai, kedua mempelai dipertemukan di tepi sungai. Mereka lalu diarak menuju rumah Kepala Desa Ngombak untuk upacara pernikahan.
Layaknya pernikahan sungguhan, ada acara membasuh kaki pengantin laki-laki dengan air kembang. Sepasang pengantin itu juga diberi minum air kendi oleh kelurga dari kedua mempelai. Kemudian mereka didudukkan di pelaminan.
Puncak ritual Asrah Bathin ditandai dengan pembagian nasi dan bedak yang telah diberi doa sebelumnya. Nasi bungkus dan bedak itu selalu menjadi rebutan warga dari berbagai daerah yang sengaja datang untuk sekadar mencari berkah.
Asrah Bathin tidak bisa dilepaskan dari sejarah terjadinya dua desa tersebut. Saat itu leluhur Karanglangu hendak meminang gadis leluhur Ngombak. Namun mereka batal menikah karena belakangan diketahui kalau keduanya saudara kandung yang terpisahkan oleh bencana saat masih kecil.
Meski batal menikah, syukuran tetap digelar dan dilestarikan sampai sekarang dengan tujuan untuk menciptakan kerukunan warga di dua desa itu. Banyak berkah yang dipercaya masyarakat jika mengikuti rangkaian Asrah Bathin sehingga menyedot perhatian warga.
Pertunjukan Don Dadape asal Bali, menjadi pembuka konser Gempita Kidung Katulistiwa yang berlangsung di Pamedan Pura Mangkunegaran, Solo. Selanjutnya pertunjukan yang tak kalah menarik adalah lagu tradisional Jawa Tengah, Lir-lir, dan berlanjut dengan pementasan dari Makasar Ak Sekre.
Adanya pementasan sejumlah penari yang membentuk kereta, lengkap dengan sang penunggang Dewi yang membuat pentas Indonesia Channel kedua ini berbeda dengan tahun lalu.
Para pemain ini, bukanlah seniman-seniman Indonesia, mereka adalah mahasiswa asing yang sedang belajar di Indonesia. Sebelum tampil di event ini, mereka telah berlatih di berbagai sanggar seni di lima kota di Indonesia.
Indonesia Channel punya aturan tersendiri, tarian dan musik hanya dimainkan oleh seniman luar Indonesia, sehingga berbagai keragaman seni Indonesia dapat dikenalkan kepada dunia Internasional melalui para pelajar asing yang belajar di Indonesia.
Grobogan: Ada sebuah ritual unik yang dilaksanakan di Grobogan, Jawa Tengah. Ritual yang melibatkan warga dua desa itu disebut Asrah Bathin yakni mengarak pelaminan di atas rakit menyusuri Sungai Tuntang.
Namun pengantin beserta rombongannya tak hendak melangsungkan upacara pernikahan. Mereka sengaja berpakaian layaknya pengantin untuk melaksanakan ritual Asrah Bathin.
Dalam ritual itu digambarkan kalau pengantin laki-laki yang datang dari Karanglangu menyeberangi sungai untuk meminang gadis asal Ngombak. Usai menyeberangi sungai, kedua mempelai dipertemukan di tepi sungai. Mereka lalu diarak menuju rumah Kepala Desa Ngombak untuk upacara pernikahan.
Layaknya pernikahan sungguhan, ada acara membasuh kaki pengantin laki-laki dengan air kembang. Sepasang pengantin itu juga diberi minum air kendi oleh kelurga dari kedua mempelai. Kemudian mereka didudukkan di pelaminan.
Puncak ritual Asrah Bathin ditandai dengan pembagian nasi dan bedak yang telah diberi doa sebelumnya. Nasi bungkus dan bedak itu selalu menjadi rebutan warga dari berbagai daerah yang sengaja datang untuk sekadar mencari berkah.
Asrah Bathin tidak bisa dilepaskan dari sejarah terjadinya dua desa tersebut. Saat itu leluhur Karanglangu hendak meminang gadis leluhur Ngombak. Namun mereka batal menikah karena belakangan diketahui kalau keduanya saudara kandung yang terpisahkan oleh bencana saat masih kecil.
Meski batal menikah, syukuran tetap digelar dan dilestarikan sampai sekarang dengan tujuan untuk menciptakan kerukunan warga di dua desa itu. Banyak berkah yang dipercaya masyarakat jika mengikuti rangkaian Asrah Bathin sehingga menyedot perhatian warga.
sauce :http://id.yahoo.com/?p=us